Minggu, 09 Maret 2014

BERINVESTASI DI TENGAH PASAR YANG BERGEJOLAK

Sebagai investor baru di pasar modal, Andrea merasa kaget ketika melihat nilai investasinya di pasar modal pada instrumen reksa dana saham terus mengalami penurunan selama enam bulan terakhir. Pengusaha catering ini menghitung asetnya turun sekitar 11 persen dari nominal yang telah dia setorkan. Nilai reksa dana saham saya turun dari jumlah uang yang pernah saya investasikan sejak awal, kata ibu seorang putra ini.  
Untuk mengganti portofolio investasi, ia mengaku tidak tahu harus mengalihkan ke instrumen investasi lainnya. Namun, berdasarkan informasi yang sering ia baca di surat kabar, kondisi ini hanya sementara. Jadi dari pada panik, ia memilih menunggu pasar keuangan pulih kembali. Kondisi yang terjadi pada Andrea mungkin banyak dialami investor lain.   
 
Perlu untuk selalu diingat, pasar modal memang selalu berfluktuasi. Kadang turun, kadang naik. Bagi investor yang sudah terbiasa dengan produk pasar modal, turunnya harga instrumen di pasar adalah saat yang tepat untuk mengoleksi atau membeli instrumen investasi. Karena dapat dipastikan, suatu saat pasar akan kembali pulih bahkan bisa lebih baik kondisinya.
 
Bagi investor yang masih belum mengenal instrumen pasar modal, investasi secara berkala lebih disarankan sebagai bentuk investasi yang ideal. Tidak peduli pasar sedang mengalami penurunan (bearish) maupun mengalami kenaikan (bullish). Investasi rutin yang dilakukan setiap bulan jangan ditinggalkan. Dengan melakukan investasi regular, kita sudah punya tujuan investasi dan jangka waktu investasi. Teruslah untuk disiplin berinvestasi hingga waktu yang telah ditentukan. Hanya dicairkan ketika kebutuhan yang direncanakan di awal investasi sudah sampai pada waktunya.  
 
Namun, bila kondisi ekonomi dalam negeri memang sedang menurun, investor bisa mempertimbangkan faktor risiko. Di tengah kondisi pasar yang kurang baik, misalnya prediksi atas pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi tinggi, dan kurs melemah, bisa mengalihkan lebih dahulu instrumen yang ada di pasar saham atau reksa dana saham menjadi instrumen reksa dana pasar uang, atau membeli Obligasi Negara Ritel (ORI).
 
Meskipun tidak dikategorikan sebagai instrumen investasi, deposito juga bisa dipilih ketika ekonomi terlihat kurang baik. Mengapa deposito? Karena bunga bank akan tinggi, jika inflasi tinggi. Harus dibedakan pula investasi jangka panjang dan pendek. Idealnya, setiap investor dalam berbagai siklus ekonomi memiliki komposisi investasi jangka panjang dan pendek, yang proporsinya disesuaikan dengan kebutuhan investasi masing-masing. 
 
Bila untuk kebutuhan jangka panjang, peluang terbesar memang ada di saham. Tapi harus melihat pada fundamental perusahaan. Kebanyakan  gejolak pasar modal  bukan karena performa perusahaan publik yang buruk. Tapi lebih pada akibat pengaruh ekonomi global dan domestik.
 
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi saat pasar bergejolak:
1. Cermati tren pasar global. Pahami keterkaitan antara pasar dalam negeri dan dunia.
2. Fokus pada tujuan investasi. Alokasikan dana investasi sesuai kebutuhan dan tetapkan jangka waktu investasi apakah untuk jangka panjang atau jangka pendek.
3. Jika telah menerapkan pola investasi rutin secara berkala, jangan berhenti. Tetap terapkan investasi secara reguler apapun kondisi pasar.
4. Diversifikasikan portofolio investasi. Misalnya dengan menanamkan uang tidak hanya pada satu saham saja, tapi menyebarnya dalam berbagai sektor. Karena bisa jadi salah satu sektor lesu, sektor lain bisa mengkompensasikannya.
5. Investigasi sebelum berinvestasi. Lihat rekam jejak (track record) pengelola dana investasi atau pelajari laporan keuangan perusahaan tempat menginvestasikan uang Anda.
6. Mencoba untuk berinvestasi di instrumen yang tidak mengharuskan Anda membuat keputusan setiap saat. (as/okezone.com)

0 komentar:

Entri Populer