Senin, 15 Juli 2013

KEMBANGKAN IDE UNTUK SUSKES BISNIS


Banyak orang ingin membuka bisnis, menjadi entrepreneur. Namun pertanyaan pertama yang biasanya terlintas di benak mereka adalah mau berbisnis di bidang apa. Jadi, bagaimanakah cara yang paling tepat untuk menentukan bidang usaha?

Menurut logika, sebuah usaha yang berpeluang untuk berjalan dengan lancar adalah usaha yang tingkat persaingannya kecil, tetapi tingkat kebutuhan pada konsumennya tinggi. Untuk bisa menekan tingkat persaingan sampai sekecil mungkin, maka seyogyanya produk yang akan dijual merupakan produk orisinil, belum pernah dibuat orang lain, atau memberikan nilai tambah yang tidak dimiliki oleh produk pesaing.

Banyak orang yang membuka usaha berdasarkan trend yang ada. Misalnya, di suatu daerah banyak didatangi turis, maka beramai-ramailah membuka tempat penginapan. Pola berpikir seperti ini terlalu menggampangkan, seakan-akan menyamakan trend bisnis dengan trend mode.

Di bidang mode, kalau saat ini sedang digemari kaos model V-Neck misalnya, tidak ada masalah bagi siapa saja untuk meniru. Akan tetapi, kalau kita meniru bidang usaha yang sudah begitu banyak orang lain menjalankannya, berarti kita terjun ke dalam suatu lahan yang sudah penuh sesak dengan persaingan. Sulit untuk kita bisa berkembang dalam situasi yang demikian, apalagi bila kita pendatang baru yang belum terlalu berpengalaman.

Di bidang finansial misalnya, banyak orang baik pebisnis maupun orang biasa untuk terjun bermain valas (valuta asing), bursa saham, bursa komoditi, dan instrumen investasi lainnya. Tidak sedikit mereka yang pengetahuannya terbatas tentang bidang tersebut, karena tergiur margin yang selangit, ikut-ikutan bermain, akhirnya harta yang ditanam ludes tak bersisa. Kejadian seperti ini terlalu mengerikan untuk dialami oleh setiap calon wiraswastawan yang punya idealisme.

Alex S. Nitisemito, seorang konsultan manajemen dalam bukunya memberikan contoh yang bagus tentang seorang pemilik kebun apel yang pada suatu hari menemukan buah apel yang jatuh ke tanah bekas dimakan burung. Karena buah apel tersebut ternyata berbau anggur, maka timbullah gagasannya untuk mendirikan usaha minuman sari buah apel. Hal itu merupakan ide orisinil. Di saat orang di sekitarnya hanya bisa menjual buah apel, sang pemilik kebun tersebut berhasil mengambangkan produk turunan apel.

Henry Ford memulai usaha dengan gagasan untuk membuat mobil yang baik bagi masyarakat banyak dengan harga terjangkau, dan usahanya sukses. Begitu juga Bill Gates yang berangan-angan untuk “mengkomputerkan” seluruh dunia, ternyata melesat begitu cepatnya menjadi raja komputer sejagat.

Ide atau gagasan tidak selalu datang begitu saja tanpa disangka-sangka, sehingga orang tidak akan bisa mengetahui kapan ide itu akan datang. Jangan menunggu datangnya ilham, atau mengharapkan bisikan gaib melalui mimpi saat tidur. Ide harus dikejar, dipikirkan dan dicari, kuncinya adalah peka terhadap apa yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Ini suatu bukti yang menguatkan bahwa kewiraswastaan adalah “kerja otak” bukan “kerja otot”. Gagasan bisa datang dan terjadi kapan saja, maka kita harus selalu waspada. Seperti contoh di atas, pemilik kebun apel ada dalam keadaan waspada sehingga ia bisa mencetuskan sebuah ide besar berdasarkan sebuah kejadian kecil. Kalau tidak, ribuan buah apel bekas dimakan burung yang berjatuhan keatas tanah, tetap tinggal membusuk tanpa arti apa-apa bagi siapa pun.

0 komentar:

Entri Populer